I. SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim
a) Lokasi penanaman jamur harus terlindung dari
angin yang kencang, (angin laut yang terlalu kencang akan menghasilkan jamur
yang rusak).
b) Jamur merang sangat dipengaruhi oleh
banyaknya curah hujan. Bila curah hujan tinggi atau intensitas cahaya matahari
terlalu tinggi, maka produksi jamur akan
rendah, namun apabila cuaca berawan (kelembaban dan suhu udara tinggi)
produksi jamur merang akan tinggi.
c) Dalam budidaya jamur dibutuhkan cahaya
matahari secara tidak langsung. Karena itu bila lokasi terlalu panas sirkulasi
udara di sekitarnya harus baik.
d) Jamur merang merupakan jamur tropika dan sub
tropika yang membutuhkan suhu udara yang cukup tinggi untuk pertumbuhannya.
Suhu udara minimum udara yang dibutuhkan antara 20-28 derajat C, bila suhu
udara turun hingga di bawah 20 derajat C maka jamur merang tidak akan
berproduksi, walupun tumbuh hanya sampai stadia kancing, jamur akan mati atau
busuk.
e) Kelembaban udara merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam pertumbuhan jamur. Umumnya kelembaban udara yang dibutuhkan
sekitar 80-90%.
1.2. Media Tanam
a) Lokasi dekat sumber air dan tanah memiliki
sirkulasi air baik.
b) Tanah subur banyak mengandung organik.
c) Tanah tidak terlalu padat, (yang baik adalah
lempung berpasir)
d) Untuk produksi jamur yang tidak besar tanah
di kebun dapat digunakan, sedangkan untuk produksi skala besar, daerah
pesawahan adalah lokasi yang terbaik.
1.3. Ketinggian Tempat
Tanaman jamur merang dapat tumbuh baik pada daratan rendah sampai
sedang.
II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1.1. Persyaratan Bibit
a) Bibit yang baik adalah bibit yang miseliumnya
tumbuh merata keseluruh media tumbuh. Hindari bibit dengan miselium terlalu
padat, atau terlalu tipis dan jarang.
b) Pertumbuhan miselium bibit tidak boleh
menunjukan pertumbuhan yang bersifat sektoritas (pengelompokkan pertumbuhan
miselium dalam media tumbuh)
c) Jangan gunakan bibit yang menampakkan tidak
adanya pertumbuhan miselium pada beberapa bagian media tumbuh. Ini menujukkan
bahwa bibit telah terkena kontaminasi.
d) Gunakan bibit jamur siap tanam yang baik
kualitasnya tidak terlalu muda (tidak ada spora berwarna merah jambu) atau
terlalu tua (umumnya bibit lebih dari 2 bulan)
e) Gunakan bibit siap
tanam berumur lebih dari 2 minggu hingga 5 minggu setelah inokulasi.
f) Apabila kita membeli bibit, belilah bibit
yang diketahui tanggal inokulasinya. Bibit berumur lebih dari 4 minggu setelah
inokulasi (tanam) adalah bibit yang
kadaluarsa.
g) Bibit siap tanam jamur merang tidak boleh
disimpan dalam refrigator (lemari es) atau inkubator bertemperatur rendah.
h) Satu botol/kantong plastik bibit telah
dibuka, maka seluruh bibit harus digunakan (untuk menghindari kontaminasi).
i) Jangan gunakan bibit sisa (yang disimpan
kembali), karena akan menggangu pertumbuhan jamur.
2.1.2. Penyiapan Bibit
a) Peralatan dan bahan yang diperlukan:
1. Kompor digunakan untuk sterilisasi.
2. Autoklaf:
menyerupai alat perebus beras/penanak nasi dengan diberi tambahan alat
manometer (alat pengukur besar tekanan uap) digunakan untuk tempat bahan yang
disterilkan. Dalam hal ini bisa dipakai “dandang soblog” yaitu alat perebus
/penanak nasi dari almunium.
3. pH meter untuk mengontrol keasaman bahan yang
disterilkan (media bibit).
4. pH meter dan termometer untuk mengontrol
suhu.
5. Bahan bahan yang diperlukan :
(a) Untuk pembuatan biakan murni
- Tabung reaksi, berupa tabung gelas dengan
penutup dari kapas
- Media agar (berasal dari rumput laut atau
dibeli di toko)
- Sari buncis, taoge, katul dan gula
- Almari es untuk penyimpanan
(b) Untuk pembuatan bahan starter I/II (bahan awal
atau bahan dasar), dibutuhkan:
- Gandum (sorgum sp) atau cantel (sorgum
vulgare) banyak digunakan karena murah.
- CaCO3 (kapur mati)
- Gips dan katul
(c) Untuk pembuatan bahan spawning (bahan tanam),
dipergunakan bahan seperti bahan starter, lebih murah bila medianya diganti
dari merang atau dari jerami (bisa ditambah serbuk gergaji). Sebagai tempatnya,
berupa botol bisa diganti dengan kantong plastik yang tebal.
b) Kamar enting atau laborat kecil
Arti mengenting pada botani tumbuhan tingkat tinggi ialah
menyambung/okulasi, tetapi pada ilmu mikrobiologi meng-enting diartikan
menumbuhkan suatu jasad (renik) ke dalam suatu media tertentu.
Sedangkan kontaminasi diartikan tumbuhnya suatu jasad (renik) pada
suatu media tanpa kita kehendaki. Misalnya tumbuh Coprinus (jamur padi liar)
atau penicilium pada media merang/cantel. Untuk mencegah kontaminasi,
diperlukan suatu ruangan untuk menumbuhkan jasad, yang bebas dari jasad lain
disebut kamar enting.
Kamar enting ini hendaknya khusus, bersih dan bebas dari jasad yang
merugikan. Sehingga tiap kali kita akan meng-enting ruangan disemprot larutan
formaldehyde 2-5%. Sedangkan manusianya yang meng-enting dan masuk ruangan,
disemprot formalin dengan kadar lebih rendah, ataupun mandi dengan sabun
pencuci hama (karbol).
Kamar enting dilengkapi dengan kamar tambahan untuk penyimpanan
bibit, almari es dll, pada kamar tersebut dilengkapi peralatan laborat
misalnya: rak bibit dan botol, meja dan kursi untuk tempat meng-enting dengan
peralatannya, (misalnya pinset, pisau kecil, lap, bahan desinfektans dll).
Untuk tempat yang lebih sederhana, tempat meng-enting dibuat dari
tempat yang lebih kecil, misalnya almari khusus (bak) asal tangan peng-enting
dan botol serta medianya bisa masuk ke dalam ruangan kecil sehingga ruangan
tersebut dapat dibersihkan dari semua jasad renik. Ruangan/almari khusus
ditutup dari kelambu kain dan mendapat sinar/cahaya yang terang. Atau setiap
kamar dijadikan kamar enting, asal bebas dari jasad yang tidak dihendaki,
(bentuknya sangat kecil dan tidak terlihat oleh mata). Maka diperlukan obat
pemberantas hama/penyakit, misalnya disinfektans (sublimat)
c) Pembuatan bibit
1. Secara sederhana
Jamur berkembang tidak hanya melalui spora, dari bagian lainpun
bisa (tangkai/batang atau bagian tubuh lainnya). Ambilah jamur yang belum mekar
dan iris halus-halus. Irisan itu dicampur abu sekam dengan perbandingan: jamur
3 bagian, abu sekam 6 bagian dan sekam 2 bagian. Campuran ditaruh di bak dan
disirami sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang. Sesudah itu disimpan
ditempat dingin dan bersih. Berhasil/tidak sistem ini tergantung bersihnya
tempat serta ruangan yang digunakan sebagai tempat pembibitan.
2. Pembiakan secara mikrobiologis
(a) Pembuatan biakan murni (biang)
Untuk pembuatan biang diperlukan ketelitian, kebersihan dan
bersifat ilmiah. Yang harus diperhatikan ialah: kebersihan pisaunya, jamur yang
akan diiris bersih dari bakteri, meng-enting harus di kamar enting yang sudah
disemprot desinfektan terlebih dahulu. Body jamur yang telah diiris di kamar
entingkan ke dalam media ‘agar’ yang telah diberi adonan sari buncis dan taoge.
Sari buncis dan taoge ini, dimaksudkan sebagai media yang mempunyai zat tumbuh
untuk pengembangbiakan bakteri/mikro-organisme. Sebagai penentuan jumlah taoge,
buncis (atau kalau diganti katul+gula) dan agarnya, bukanlah perbandingan
beratnya, namun yang penting asal keasaman larutan tidak di bawah 7 (pH=7-7,2).
Spora yang telah tumbuh dalam media (ditabung reaksi) tersebut, disebut biakan
murni. Biakan murni dapat bertahan bertahun-tahun bila disimpan dalam almari
es.
(b) Pembuatan bahan starter I atau starter II.
Untuk memperbanyak bibit dari biakan murni, dibuatlah bahan starter
I/II, diperlukan bahan: cantel/gandum/jagung ditambah CaCO3 gips dan katul.
Untuk pembuatan bahan starter I/II, pada hakekatnya sama dengan pembuatan bahan
spawning (bahan tanam) hanya pada pembuatan bahan starter pengambilan
bahan-bahannya diperhalus dan diperkecil.
(c) Pembuatan bahan spawning
Untuk membuat bahan spawning (starter) yang siap di enting maka
diperlukan 2 kali sterilisasi bahannya.
Sterilisasi I: memanaskan bahan media yaitu cantell selama ½ jam dengan tekanan
puncak 1,1 atm. Selama 5 menit. Merebusnya di tempat autoklaf, bila digunakan
media gandum, tekanan puncak 1,1 atm selama 7 menit
Setelah bahan tersebut di tus (dituntaskan airnya) baru ditambah
campuran: CaCO3 6% gips 2% dan katul 3%. Bila campuran bahan dan media telah
dimasukan ke botol, bisa dilakukan sterilisasi yang ke II. Sterilisasi yang ke
II ini berlangsung 2 1/2 jam, dan
bila tekanan bisa meyakinkan 1,1 atm, lamanya cukup 1 jam saja.
Botol yang disterilisaikan ke II ini, dimasukan ke dalam kamar
enting dan bisa di entingkan dengan biakan murni, pada suhu 22-25 derajat
C. bahan spawning bisa digunakan sebagai bahan penanaman setelah 2-3 minggu.
Lama bibit dalam botol bisa bertahan 3 sampai 6 bulan, apabila makin lama
setelah itu pertumbuhan akan kurang memuaskan.
3. Pembuatan bibit secara praktis
Dalam pembuatan bahan starter/bahan spawning sama seperti di atas,
hanya bahan medianya ialah merang atau jerami. Sebagai campurannya, diambilkan
dari bahan: CaCO3 dan katul, yang disebarkan secara merata ke media
merang yang telah disterilisasi (II). Jumlah bahan juga tidak mementingkan
perbandingan beratnya. Tetapi kadar keasamannya, berkisar pH 7-7,2.
Bibit jamur merang siap tanam dapat diperoleh diantaranya:
a) Aderis Saragih: Perpustakaan Agronomi IPB .
Jln raya Pajajaran Bogor
b) P. Suhardiman: SFMA Ag-B1, Tromol Pos 5
Parung Kuda, Bogor.
2.1.3 Media Tumbuh Bibit
Bibit jamur adalah bakal jamur, baik bibit induk atau bibit siap
tanam. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah media tumbuh.
Umumnya limbah pertanian, baik secara manunggal atau kombinasi sari
dua atau lebih macam bahan dapat digunakan sebagai media tumbuh bbit jamur atau
jamur itu sendiri misalnya:
1. Potongan jerami, tulang daun tembakau
2. Serbuk gergaji
3. Daun eceng gondok
3. Biji-bijian sareal
5. Daun teh yang telah dipakai
6. Limbah kapas kulit atau pulp kapas
7. Daun lamtoro
8. Dedak
9. Daun pisang
2.1.4. Pemeliharaan
Bibit
a) Fasilitas dan peralatan sterilisasi harus
dalam kondisi steril mungkin untuk mengindari atau mengurangi kontaminasi fungi
atau bakteri.
b) Bibit jamur dapat disimpan dalam refrigator
agar terhambat pertumbuhannya untuk sementara. Namun sebelum digunakan atau
langsung ditanam bibit harus diinkubasikan (disimpan) dalam temperatur ruangan
yang mengembalikan sifat aktif pertumbuhannya
c) Penyimpanan atau inkubasi bibit setelah
inokulasi dalam temperatur ruangan tidak boleh lebih dari 5 minggu.
d) Bibit siap tanam untuk jamur merang tidak
boleh disimpan dalam refrigator atau inkubator bertemperatur rendah.
e) Penggunaan bibit yang kadaluarsa (umur bibit
lebih dari 5 minggu setelah inokulasi.) tidak akan menghasilkan produksi yang
baik.
2.1.5. Kuntitas Bibit
Umumnya bibit yang diperlukan untuk budidaya jamur merang adalah 2
botol bibit dalam substrat (botol 500 cc) atau 2 kantong plastik untuk menanami
1 m2 media jerami dengan 5 lapisan (cara tradisional) dengan cara
ini dapat diperoleh 2-3 jamur merang (stadia telur dan satu stadia
perpanjangan)
2.2. Pengolahan Media Tanam
2.2.1 Cara Tradisional (di luar kumbung)
a) Persiapan
Media yang umumnya digunakan untuk membudidayakan atau menanam
Jamur Merang adalah jerami. Akan tetapi jamur ini dapat pula tumbuh pada limbah
kapas, sorgum, gandum, jagung, tembakau limbah sayuran, ampas tebu, sabut kelapa,
daun pisang, eceng gondok, ampas sagu, serbuk gergaji dsb. Untuk budidaya Jamur
Merang di luar kumbung, jerami masih merupakan media utama yang lebih banyak
digunakan.
b) Pembukaan lahan
Tanah yang akan digunakan untuk menanam jamur harus dibajak dan digenangi
selama 2 hari untuk mematikan cacing tanah dan serangga penggangu yang hidup
dalam tanah. Kemudian air dikeringkan. Setelah tanah cukup kering, dibuat
barisan dasar tanggul-tanggul (tanah yang ditinggikan). Setiap dasar tanggul
harus mempunyai lebar 45 atau 90 cm, panjang 2-3 m, dan tinggi 15 cm. Bagian
tengah tangggul agak lebih tinggi untuk memudahkan drainasi pertanggul.
Permukaan tanggul harus rata tidak bergelombang. Jarak satu tanggul ke tanggul
lain 45 cm. Selain untuk memudahkan pemeliharaan, kontrol dan panen, tempat
antar tanggul juga berfungsi sebagai parit bila dialiri air. Sehingga
memudahkan pengairan bedengan jika diperlukan. Arah dasar tanggul harus diatur
hingga mengarah ke barat-timur, sehingga cahaya matahari yang diterima oleh bedengan
seragam dan dapat mempertahankan yang sama pada sisi-sisi sepanjang bedengan
tempat tubuh buah jamur akan tumbuh.
c) Perendaman dan pemupukan jerami untuk
pengomposan
Bila menggunakan jerami, ikat jerami seberat ± 1.828 g menjadi satu
ikatan. Tanpa melepas ikatan, ikatan yang kering ini direndam dalam air,
setelah lapisan pertama tersusun, siram ikatan tersebut dengan air atau dengan
larutan ± 46 dedak dengan 4 galon residu desteril. Campuran ini cukup untuk
±183 kg jerami kering (1 galon ±4,5 liter). Setelah lapisan pertama selesai
disirami larutan campuran, susun lapisan ikatan jerami tersebut harus dipres
atau ditekan sekuat-kuatnya sewaktu disusun. Kemudian diselubungi dengan
lembaran plastik untuk menjaga agar kelembaban tetap tinggi. Pengomposan
dilakukan selam 3-4 hari bergantung pada cuaca. Temperatur dalam lap jerami
akan naik beberapa jam setelah penimbunan, dalam 24 jam pengomposan mungkin
akan mencapai temperatur setinggi 48-50 derajat C. tiga hari setelah jerami
melunak dan warnanya menjadi kecoklatan, temperatur akan mencapai 46 derajat C.
pada suhu tersebut organisme penggagu biasanya telah mati terutama spora
coprinus yang berasal dari udara.
d) Pembuatan bedengan jerami pada dasar tanggul
Kira-kira 2.742 gram jerami yang telah difermentasikan diikat.
Sebelumnya peras jerami tersebut kemudian atur untuk menjadi satu ikatan dengan
panjang ± 45 cm dan diameter ± 10cm. Kedua ujung ikatan harus diratakan
(dipotong dengan pisau dasar atau gunting besar), kemudian ikat pada 2/3 bagian
dari ujung jerami. Setelah jerami terikat erat kemudian atur dalam dua baris
pada dasar tanggul. Tanggul yang merupakan tanah yang ditinggikan dapat dibuat
yang disemua atau diberi alas bambu, atau kayu atau batu. Tujuan membasahi
dasar tanggul ialah agar tanah atau dasar tanggul tidak menyerap air dari
ikatan fermentasi jerami. Untuk satu lapisan dibutuhkan 40 sampai 50 ikatan
jerami yang terikat erat. Ikatan harus kuat benar sehingga waktu disusun akan
membentuk ruang antara dua ikatan untuk aerasi yang dapat mencegah terjadinya
kelebihan air. Dalam satu bedengan dapat disusun 5 lapisan. Bila jerami telah
terikat kuat dalam bundel, maka udara tidak dapat masuk ke dalam ikatan atau
bundel sehingga proses pelapukan dapat diperlambat dengan demikian suplai hara
dapat diperpanjang untuk periode yang lebih panjang. Budidaya jamur dengan cara
ini akan memperpanjang masa panen.
2.2.2. Cara Modern (dalam kumbung)
a) Persiapan
Bahan yang digunakan sebagi media tumbuh untuk menanam jamur denagn
cara modern/semi modern dapat bermacam-macam. Bahan yang biasa digunakan dan
memberikan hasil produksi tinggi adalaah limbah kapas dan jerami padi. Limbah
kapas merupakan zat pembakar untuk membakar, sedangkan jerami merupakan bahan
untuk pelapukan. Jerami yang digunakan merupakan jerami segar seperti halnya
yang digunakan dalam budidaya jamur di luar kumbung. Jerami dapat
dipotong-potong atau tidak, sedangkan limbah kapas yang digunakan merupakan
limbah kapas dari pabrik pemintalan.
b) Fermentasi media tumbuh
Media tumbuh yang digunakan merupakan campuran limbah kapas dan
jerami dengan perbandingan 2:1 atau 1:1 dan 3-4% kapur pertanian. Bahan ini
dicampur merata, dan direndam dalam air selama 2-3 jam atau 24 jam, kemudian
diperas dan ditumpukan pada ruangan dengan dasar lantai/semen membentuk
timbunan dengan ukuran 1,5x1,5x1,5 m3. Kemudian timbunan ini ditutup
dengan selubung plastik dan dibiarkan untuk fermentasi selama 2-4 hari.
Untuk yang hanya menggunakan kompos jerami sebagai media tumbuh.
Dalam hal ini jerami yang direndam diberi 1% kapur pertanian dan 1% urea dan
difermentasi selama 6 hari. Setiap hari timbunan jerami harus dibalik. Sebelum
diletakan dalam rak-rak bedengan, kompos jerami ini ditambah 10% dedak, 1%
superfosfat dan 1% kapur pertanian. Kompos jerami ini dapat digunakan dengan
diberi lapisan lebah kapas atau eceng gondok kering yang telah direndam dan di
fermentasi pada waktu membuat lapisan media tumbuh dalam rak-rak bedengan.
c) Pembentukan kumbung
Kumbung dapat dapat dibuat dengan rangka besi dan dinding plastik,
rangka bambu dengan dinding nipah/gibig dan atap plastik, atau bangunan batu
yang permanen. Ukuran yang ideal adalah lebar 4 m, panjang 6 m dan tinggi 2,5
m. kumbung yang digunakan terdiri dari dua baris rak bedengan dari kawat atau
bambu dengan rangka besi atau kayu. Satu baris terdiri dari 3-5 tingkat rak
bedengan. Kumbungan ini harus dilengkapi dengan jendela dan atau electrik blower untuk sirkulasi udara, juga lampu (50
foot candle) yang dapat dipindah-pindah atau dicabut bila sedang dilakukan
pasteurisasi, dan dipasang pada waktu pembentukan tubuh buah. Lampu TL day
light 60 watt sebanyak 2 buah dan 2 heater bisa untuk menjaga temperatur
ruangan +28 derajat C.
Lantai kumbung harus disemen untuk menjaga kebersihan, dan seluruh
kumbung harus dapat tertutup rapat untuk pemanasan uap dan sterilisasi.
d) Pembangkit uap
Pembangkit uap dapat dilakukan dengan menggunakan 2 buah tangki
(200 L) yang disambung dengan pipa bambu dan paralon ke dalam kumbung. Tangki
berisi air diletakan dengan cara dibaringkan di atas tungku di luar kumbung,
kemudian disambung dengan pipa bambu (yang melekat pada tangki) dan pipa
paralon yang tebal ke dalam kumbung. Di dalam kumbung, pipa ini berlubang
lubang untuk mengeluarkan uap air panas yang berasal dari air dalam tangki yang
dididihkan. Ukuran pipa paralon adalah 2-3 cm. Pipa paralon diletakan di atas
dasar kumbung ditengah-tengah ruangan, dan setiap meternya diberi lubang 8 buah
untuk mengeluarkan uap panas. Isi air tangki (kapasitas 200 L) yang dihubungkan
dengan pipa bambu cukup untuk memberi
uap panas dalam kumbung yang berukuran 4x6x2,5 cm.
e) Pengisian media dan pasteurisasi
Setelah fermentasi media selam 2-4 hari, bahan kompos kemudian
dimasukan ke dalam rak-rak bedengan setinggi 15-20 cm. Kemudian uap panas dimasukan
ke dalam kumbung melalui pipa untuk mencapai temperatur 70 derajat C selama 2-4
jam. Setelah pasteurisasi, biarkan udara segar masuk dan temperatur turun
hingga mencapai 30-50 derajat C. biasanya penurunan temperatur memakan waktu
±24 jam.
2.3. Teknik Penanaman
2.3.1. Cara Tradisional (di luar kumbung)
a) Penentuan pola tanam
Bibit jamur diletakan pada jarak ±7,5 cm dari sisi bedengan. Jarak
bibit satu dengan yang lainnya adalah 10-15 cm.
b) Cara penanaman
Jumlah bibit yang diperlukan untuk satu bedengan kira-kira 6 botol
(±500-750 gram) bibit. Sebelum penanaman bibit, basahi lapisan jerami dengan
menggunakan sprayer (semprotan tangan). Setelah peletakan bibit selubungi
bedengan dengan plastik untuk mencegah sinar matahari langsung dan penguapan. Selubung
plastik sekali-kali dibuka untuk mengatur sirkulasi, udara dan cahaya, karena
jamur merang membutuhkan udara dan sedikit cahaya untuk pembentukan tubuh buah.
Selama pembentukan tubuh buah, selubung plastik dibuka kecuali kalau hujan. Air
hujan akan merusak miselia dan tubuh buah jamur. Begitu hujan berhenti selubung
plastik harus dibuka untuk mencegah akumulasi panas atau kelembaban dalam
bedengan.
2.3.2. Cara Modern (dalam kumbung)
Setelah temperatur turun menjadi 30-35 derajat C, 8-12 jam kemudian
bedengan dalam rak-rak siap untuk ditanami bibit. Bibit yang diperlukan 1-6%
dari berat basah media, tergantung pada starin bibit. Bibit yang digunakan
sudah dipisahkan, tidak berupa gumpalan lagi. Bibit tersebut disebarkan
diseluruh permukaan kompos. Untuk rak bedengan dengan panjang 3 meter dan lebar
1 meter dibutuhkan 4-6 botol bibit berkapasitas 500 cc. Setelah peletakan
bibit, tutup jendela dan pintu selam 3 hari. Usahakan agar temperatur dalam
ruangan dipertahankan untuk memberi kesempatan miselium tumbuh dan berpenetrasi
keseluruh kompos media tumbuh.besarnya temperatur ini sebenarnya sangat
tergantung pada starin jamur yang digunakan. Namun umumnya jamur yang ada di
Indonesia tumbuh baik pada temperatur 30-35 derajat C. selubung plastik dapat juga
digunakan untuk menaikan temperatur.
Delapan hari setelah peletakan bibit, introduksikan atau masukan
cahaya untuk mempercepat pembentukan primodia dari jamur. Begitu primodia
terbentuk, sirkulasi udara segar perlu dimulai untuk mempercepat perkembangan tubuh
buah jamur.
2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1 Cara Tradisional (di luar kumbung)
a) Pemupukan
Untuk setiap bedeng, dua hingga tiga sendok urea yang dilarutkan
dalam air dapat disemprotkan ke primodia jamur.
Kompos atau bibit terkontaminasi harus di musnahkan (dibakar).
b) Pengairan dan penyiraman
Tidak dianjurkan penyemprotan insektisida kecuali pada permulaan
periode pembuatan bedeng terutama bila pembuatan bedeng yang kedua kalinya.
Azodrin dan Malathion dapat digunakan, tetapi tidak disemprotkan langsung
pada periode pengembangan buah.
c) Pemeliharaan lain
1. Selubung plastik digunakan untuk menitupi
bedengan hingga 5-6 hari pertama setelah peletakan bibit. Selain untuk mencegah
masuknya sinar matahari langsung juga untuk membuat temperatur dalam dedengan
sekitar 30-50 derajat C juga kelembaban dipertahankan sehingga penyiraman pada
bedengan tidak diperlukan hingga 10 hari telah peletakan bibit.
2. Parit disekitar disekitar bedengan dapat
diisi air untuk menjaga kelembaban tinggi (>80%) juga untuk mencegah
merayapnya serangga ke tanggul bedengan.
3. Selama pembentukan tubuh buah, penyiraman air
agar dengan sprayer tidak boleh dilakukan.
2.4.2. Cara Modern (dalam kumbung)
a) Pengairan dan penyiraman
1. Semprotkan air dengan sprayer pada permukaan
rak bedengan.
2. Campurkan urea pada air yang disemprotkan
(2-3 sendok makan urea ke dalam 20 liter air) hali ini dilakukan bila bedengan
kering.
b) Pemeliharaan lain
1. Usahakan suhu bisa mencapai 30-35 derajat C,
sedangkan kelembaban berkisar 80-90%
2. Membuang jamur-jamur liar, terutama jenis coprinus.
Bila tumbuh bibit penyakit, kompos yang terkena harus dibuang.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1. Hama
a) Tikus
Pengendalian: dengan memberi umpan
yang di bubuhi racun (phiosphit) atau kleratfam
b) Serangga/kutu dan kecoa
Pengendalian: ruangan shed di
semprot dengan formalin 0,1-0,2%
2.5.2. Penyakit
a) Corpinus
Jamur padi liar, tumbuhnya berkelompok dan biasanya lebih cepat
tumbuh dari pada jamur merangnya.
b) Penicilium
Jamur penisilin, warnanya hijau menempel pada jerami dan bisa
mengalahkan mycelium jamur merang. Penyebab: tidak dijalankannya
pasteurisasi; jalannya pasteurisasi kurang sempurna; kontaminasi baik dari alat
-alat, rak-rak shed, bibit yang kurang bersih. Pengendalian: (1)
preventif: shed sebelum dimasuki kompos terlebih dahulu disemprot dengan kadar
2-3% atau shed kosong, terlebih dahulu dipasteurisasi sampai temperatur 60-70
derajat C; menjaga kebersihan alat-alat fisik manusia, bibit dll; usahakan
pasturisasi berjalan sempurna. (2) curatif: kompos yang terken serangan
(penicilium) di pisahkan dan dibuang; untuk coprinus selalu di usahakan dicabut
dan dibuang.
2.6. Panen
2.6.1. Cara Tradisional (di luar kumbung)
a) Ciri umum panen
1. 8-10 hari setelah peletakan bibit, primodia
atau tubuh buah jamur berwarna putih mulai nampak
2. Buka selubung plastik beberapa menit untuk
pertukaran udara, jangan sirami lagi.
3. Dua sampai tiga hari setelah primodia
terbentuk , jamur siap panen
b) Cara panen
Panen Jamur Merang hendaknya dilakukan pada stadia kancing, sebelum
stadia perpanjangan. Jamur harus dipetik dua kali perhari (tiap pagi hari)
selama tiga hari. Sering tubuh buah jamur yang terbentuk tidak dalam stadia
yang seragam. Oleh karena itu pemetikan jamur harus hati-hati jangan sampai merusak
jamur yang masih dalam stadia kepala
jamur, atau kancing kecil.
c) Periode panen
Masa panen pertama (selama 3 (tiga) hari) akan diikuti masa panen
kedua setelah periode istirahat selama 5-7 hari. Hal ini berlangsung terus
selama satu hingga dua bulan
d) Perkiraan produksi
Dengan cara budidaya jamur yang dikemukakan di atas dengan ukuran
bedeng yang sama diperoleh ± 13,5 kg jamur stadia kancing (button)/45.700 kg
jerami kering.
2.6.2. Cara Modern (dalam kumbung)
Panen jamur hendaknya dilakukan pada
stadia kancing, sebelum stadia perpanjangan. Jamur harus dipetik 2 kali perhari
selama 3 hari. Sering tubuh buah jamur yang terbentuk tidak dalam stadia yang
seragam. Oleh karena itu pemetikan jamur harus hati-hati jangan sampai merusak
jamur yang masih dalam stadia kepala jamur atau kancing kecil.
a) Periode panen
Masa panen pertama (selama tiga hari) diikuti masa panen kedua
setelah periode istirahat selama 5-7 hari. Dalam dua kali periode panen dengan
jarak 2 minggu, 25-40% produksi jamur yang diharapkan sudah dapat di panen.
b) Prakiraan produksi
1. Luas lahan 80 m2,
jumlah kompos 25 kg/m2, hasil 120 kg, lama penanamn 14 hari
2. Luas lahan 25 m2,
jumlah kompos 30 kg/m2, hasil 40kg, lama penanaman ±14 hari
3. luas lahan 80m2,
jumlah kompos 30 kg/m2, hasil 400 kg, lama penanaman ±14 hari
Bila pasterisasi berjalan sempurna, maka per m2 bisa
mencapai 2,5 kg per m2 luas tanaman
2.7. Pascapanen
2.7.1. Penyimpanan
Jamur Merang alangkah baiknya, apabila pada pagi hari selesai
terpetik, langsung terjual atau terkonsumsi. Namun apabila masih tertunda 1
hari satu malam, bisa direndam dalam bak yang berisi air bersih, semakin lama
perendamannya, kualitas jamur segarnya menurun.
a) Pembungkusan
Beberapa cara memperpanjang daya tahan jamur merang adalah sebagai berikut:
1. bungkus dalam cheese cloth (kain batis)
kemudian simpan dalam refrigator pada temperatur 15 derajat C.
2. dikemas dalam styrofoam chest dengan
meletakan es pada dasar kotak styrofoam
3. dikemas dalam wadah datar yang dialasi daun
pisang.
Stadia kancing dari Jamur Merang untuk dapat bertahan dalam keadaan
segar selam 4 hari, temperatur paling tidak harus 15 derajat C dengan
kelembaban udara yang tinggi, pada temperatur 5 derajat C akan terjadi”chilling
injuri” sedang pada temperatur 20 derajat C jamur cepat membusuk.
Temperatur 15 derajat C dengan kelembaban yang tinggi diperoleh
dengan cara pengemasan Jamur Merang dalam styrofoam cooler yang diberi es pada
dasarnya.
b) Pengalengan
Pada prinsipnya,
pengalengan jamur terdiri dari 3 cara yaitu:
1. Perebusan/ pemanasan jamur segar, baik yang
utuh atau yang telah dirajang.
2. Memasukan jamur dalam kaleng ditambah obat
pengawet, misalnya garam dan asam nitrat atau vitamin C
3. Sterilisasi jamur yang telah dikalengkan
dengan suhu 90 derajat C selama 2 jam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengalengan jamur:
1. Sebelum direbus, jamur harus bersih benar,
agar tidak tercemar oleh microorganisme.
2. Untuk jamur yang hampir mekar, sebaiknya
dirajang terlebih dahulu, demikian pula dengan jamur yang agak rusak.
3. Sterilisasi yang kedua, yaitu setelah jamur
dikalengkan. Bisa diulang kembali direbus, pada alat perebus yang khusus
misalnya autoklaf. Pada alat perebus ini, tekanan atmosfer dapat diusahakan
mencapai 1,1 atm, sebelum disterilkan kaleng ditutup rapat.
4. Perlu diadakan pemeriksaan setelah 1-2
minggu. Kaleng yang cembung atau bocor berati tidak dapat bertahan lama.
c) Penyimpanan dengan cara pengasapan
Hasil jamur yang dipetik, dicuci dan direbus/dikukus dengan maksud
kadar air dalam jamur berkurang dan proses pembusukan terhenti karena
terhentinya keaktifan bakteri pembusuk untuk mengurangi kadar air lebih lanjut,
setelah di tus (dituntaskan airnya) jamur tersebut diletakan dalam anyaman
bambu/rigen/tampah dan dijemur. Bila cuaca sudah memungkinkan (terutama
senja-malam, pagi hari) bisa dilakukan pengasapan
Metode pengasapan, bisa dipakai seperti pengasapan tembakau yaitu
dengan membuat para–para di atas dapur. Bagi produksi yang cukup besar
pengawetan dengan cara pengasapan sebaiknya dicoba dengan menggunakan rigen
yang diletakkan pada bambu gelondongan yang bisa digerakan memungkinkan
pengasapan berjalan sempurna dan merata. Para-para semuanya bisa terbuat dari
bambu. Bahan bakarnya digunakan kayu, jerami ataupun rumput-rumputan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan supaya hasil pengasapan
baik, antara lain:
1. Perebusan cukup 15-30 menit dalam air
mendidih dan tambahkan bumbu-bumbu penyedap, misal garam, asam citrat.
2. Peralatan yang digunakan jaga kebersihannya.
3. Pengeringan pada sinar matahari harus cepat
jangan sampai terlambat, agar warna tidak berubah jadi kehitaman.
4. Pengasapan dilakukan, bila cuaca tidak
memungkinkan berlangsungnya proses pengeringan (terutama waktu senja-malam,
pagi hari), sehingga jamur akan terhindar dari bakteri pembusuk.
5. Jamur yang sudah mengalami pembusukan (warna
menghitam, busuk) harus segera dibuang untuk menghindari penularannya.
6. Hasil jamur setelah pengasapan dimasukan
dalam kantong plastik atau stoples yang bersih
2.7.2. Penanganan Lain
a) Pengeringan
1. Sebelum dikeringkan jamur merang stadia
kancing dibelah secara memanjang
2. Keringkan di bawah sinar matahari
3. Dilakukan dengan udara panas atau pengeringan
dalam oven pada suhu 40 derajat C.
4. Periode waktu yang dibutuhkan 8 jam, jamur
merang akan kehilangan 10% dari berat basah
5. Setelah kering bisa dibuat keripik atau
rempeyek
b) Pickling (asinan)
Caranya: cuci dan blanching Jamur Merang selama 5 menit dalam air
mendidih, segera tempatkan jamur tersebut dalam air dingin untuk mendinginkan.
Pindahkan ke dalam stoples atau botol yang bermulut lebar, kemudian tambahkan
larutan garam (22%garam), sedikit cuka, vitamin C atau asam citrat pada Jamur
Merang untuk membuat warna segar dari jamur. Tutup wadah yang digunakan (tidak
terlalu kuat) dan pasteurisasi selama satu jam. Dinginkan, kuatkan tutup botol.
c) Pasta Jamur
Caranya: keringkan jamur kemudian rendam dalam 40-50% larutan garam
selama 10-15 menit, angkat Jamur Merang kemudian blender hingga berupa pasta.
Letakkan di atas kain batis untuk mentiriskan cairan yang berlebihan. Cairan
yang keluar masih dapat dimanfaatkan sebagai saus jamur. Setelah tiris, masukan
pasta ke dalam botol bermulut lebar, kukus selama 1 jam, jamur siap dipasarkan